Senin, 27 Desember 2010

Meru Betiri dan REDD

Alif Aulia Ananda *

Sebagai negara yang memiliki hutan tropis terluas ketiga di dunia, sektor kehutanan di Indonesia  tidak hanya berkontribusi dalam pembangunan nasional melainkan juga berperan signifikan dalam menjaga keseimbangan iklim dan ekosistem di Bumi. Terjadinya perubahan iklim yang telah terjadi saat ini telah banyak dibuktikan secara ilmiah. Musim kemarau yang semakin panjang serta musim penghujan yang relatif pendek dengan intensitas hujan yang tinggi merupakan bukti nyata adanya perubahan iklim. Hal ini berdampak pada berbagai aspek kehidupan manusia seperti kekeringan yang berkepanjangan, gagal panen, krisis pangan, air bersih, meningkatnya muka laut serta banjir dan longsor.
Upaya untuk memerangi dampak perubahan iklim ini secara global telah dimulai sejak diadakannya KTT Bumi di Rio De Janeiro tahun 1992. Pertemuan tersebut menyepakati dibentuknya United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Indonesia menandatangani UNFCCC pada tanggal 5 Juni 1992, dan mengeluarkan Undang-Undang No. 6/1994 tentang Pengesahan Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim. Indonesia sangat mendukung tujuan dari UNFCCC yaitu untuk mencegah peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer agar tidak membahayakan kehidupan manusia di bumi. Sejak tahun 1995, para pihak yang meratifikasi UNFCCC bertemu setiap tahun melalui Konferensi Para Pihak/CoP (Conference on Parties, CoP) guna menerapkan dan mengimplementasikan kerangka kerja tersebut.
Secara Khusus Pemerintah Indonesia melalui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan negara G-20 di Amerika Serikat di tahun 2009 juga telah mengutarakan tekad Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26% pada tahun 2020 dari tingkat emisi berdasarkan data BAU (business as usual) atau kegiatan pembangunan yang dilakukan tanpa tindakan pengurangan emisi sebesar 2,9 Gton CO2e di tahun 2020.
Konferensi Para Pihak ke 13/CoP-13 Konvensi Perubahan Iklim PBB (UNFCCC) tahun 2007 di Bali, telah menghasilkan keputusan tentang pendekatan untuk mendorong aksi pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation /REDD) di negara berkembang. REDD juga merupakan bagian penting dari aksi mitigasi perubahan iklim dalam “Bali Action Plan”. Pembangunan Demonstration Activities (DA)–REDD merupakan salah satu bentuk pelaksanaan amanah Keputusan COP-13 di Bali tentang REDD. Sesuai Keputusan COP-13 negara berkembang dan negara maju didorong untuk bekerjasama dalam upaya pengurangan emisi dan degradasi hutan di negara berkembang, termasuk di dalamnya dukungan finansial, pengembangan kapasitas dan transfer teknologi dari negara maju
Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) seluas 58.000 ha yang berada di Provinsi Jawa Timur bagian tenggara merupakan salah satu dari sedikit lokasi di Indonesia yang menjadi kegiatan DA-REDD di Indonesia. Beberapa lokasi lain yang menjadi percontohan  antara lain di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, yang merupakan kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Australia, Pemerintah Jerman, ITTO, dan TNC.
Program REDD yang diadakan di TNMB ini terlaksana atas Kerjasama antara Indonesia dengan International Tropical Timber Organization (ITTO) yang akan berlangsung pada tahun 2009 – 2012, merupakan kerjasama konservasi hutan tropis untuk pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, serta peningkatan stok karbon. Kegiatan yang diadakan berdasarkan atas MoU between Forest Research and Development Agency (FORDA) With Meru Betiri National Park (MBNP), Directorate General of Forest Protection and Nature Conservation, and The Indonesia Tropical Institute (LATIN) di bulan Desember 2009 ini dilaksanakan oleh Puslitsosekhut, LATIN (Lembaga Alam Tropika Indonesia), TN Meru Betiri. Pendukung kegiatan ini adalah ITTO(International Tropical Timber Organization )  dan 7 & i Holdings yang dilaksanakan selama 4 tahun ( Januari 2010 – Desember 2013).
Tujuan dari program ini adalah untuk melakukan pengurangan emisi dan mempertahankan stok karbon yang ada serta meningkatkan kapasitas serapan karbon, juga untuk menciptakan kondisi pemungkin dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal di dalam dan sekitar Taman Nasional Meru Betiri melalui pelibatan masyarakat dan instansi terkait dalam kegiatan ini. Adapun Jenis kegiatan program yang dilaksanakan di TNMB adalah sebagai berikut :
  • Kajian skema yang ada dan pembelajaran dari areal sekitar dan lainnya
  • Konsultasi dan kerjasama para pihak dalam konservasi
  • Mengembangkan dan menyebarkan pembelajaran yang di dapat
  • Melakukan program awareness raising dan pembangunan institusi untuk REDD dan REDD plus
  • Membangun Standart Operation Procedure (SOP) untuk perhitungan dan pengawasan
  • Melakukan pelatihan dan pembangunan institusi untuk inventarisasi sumber daya bagi para pihak
  • Menentukan batasan kegiatan dan baseline
  • Menilai pengurangan emisi dan peningkatan stok karbon
  • Validasi standar metodologi yang dipilih
    Sampai di akhir tahun 2010 ini Program REDD plus di TNMB telah melaksanakan beberapa tahapan diantaranya adalah :
    • Penentuan batas (Boundary) kegiatan untuk kegiatan pengukuran dan monitoring karbon stok, yang antara lain berupa pembuatan PSP (Permanent Sample Plot) sebanyak 40 buah di kawasan TNMB
    • Konsultasi para pihak untuk menentukan skema partisipasi masyarakat dan stakeholder lainnya yang paling memungkinkan untuk diterapkan di Taman Nasional Meru Betiri. Beberapa kegiatannya antara lain pelatihan MRV (measuring, reporting dan verification), Pencegahan dan penanggulangan illegal logging yang diikuti oleh masyarakat di sekitar kawasan TNMB, Pemerintah Daerah Tingkat II, dan seluruh pemangku pihak yang berkepentingan.
      Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan tersebut bisa didapatkan beberapa manfaat positif yang dirasakan oleh seluruh pihak yang berkepentingan dalam pengembangan pengelolaan SDAHE di TNMB, Manfaat positif yang dirasakan antara lain sebagai berikut:
      1. TNMB
      Penurunan tekanan masyarakat terhadap kawasan TNMB
      Penyempurnaan data potensi karbon
      Peningkatan ketrampilan dan pengetahuan pegawai terutama dalam proses penghitungan karbon
       TNMB dikenal sebagai pilot project REDD Plus
      2. Balitbanghut
       Tersedianya database stok karbon, sosial ekonomi masyarakat, Sumber Daya Alam  Hayati Ekosistem (SDAHE)
        Memiliki plot pengamatan permanen stok karbon
      3. Masyarakat
        Peningkatan ketrampilan dan pengetahuan,kesejahteraan dan kepedulian masyarakat di dalam dan sekitar TNMB
        Ketergantungan masyarakat terhadap hutan berkurang
      4. Pemkab
        Peningkatan promosi/citra Pemerintah Kabupaten Jember dan Banyuwangi
        Berkurangnya jumlah angka kemiskinan masyarakat di dalam dan sekitar            kawasan hutan
      5. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
        Meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia yang dimiliki LSM
        Meningkatkan akses kerjasama

      Semoga dengan terlaksananya program REDD plus di TNMB ini dapat mencapai output yang diharapkan yaitu untuk :
      • Meningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan konservasi
      • Mengembangkan alternatif sumber pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam dan sekitar  Taman Nasional Meru Betiri
      • Mengurangi penebangan liar dan perambahan hutan
      • Meningkatkan Kapasitas inventarisasi sumberdaya dan penghitungan karbon  agar dapat diukur, dilaporkan dan diverifikasi
      • Menyiapkan laporan menyeluruh tentang baseline data dan perkiraan penurunan emisi serta peningkatan stok karbon di taman nasional
      • Membangunan dan mengesahkan sistem pemantauan penurunan emisi dan peningkatan stok karbon
        Pengembangan program REDD Plus di TNMB memiliki prospek yang sangat baik dalam rangka mendukung  pemantapan pengelolaan kawasan TNMB secara keseluruhan. Diharapkan dengan selesainya pelaksanaan program ini pada tahun 2014, TNMB dapat menjadi kawasan perlindungan alam yang terkelola secara lebih mantab yang dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat serta sumber daya alam hayati dan ekosistem yang dimilikinya tetap terjaga kelestariannya sampai akhir masa.
        *) Calon Pengendali Ekosistem Hutan Balai Taman Nasional Meru Betiri

         Sumber :
        -   Determine Project Boundary To Facilitate Measuring And Monitoring Of Carbon Stocks, RM Wiwied Widodo, Banyuwangi, 2010.
        -   Draft 1 Strategi Nasional REDD+, BAPPENAS, Jakarta, 2010.
        -   Prospek Pengembangan Program REDD Plus Di Taman Nasional Meru Betiri, Ir. Herry Subagiadi, M.Sc, Presentasi Rapat Koordinasi Nasional Pengembangan dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan, Wisata Alam, Bina Cinta Alam dan Pemberdayaan Masyarakat, Bogor, 15-18 Juni 2010.
        -   Sambutan Kepala Balai TNMB Pada Acara“ Penutupan Pelatihan pelibatan masyarakat dalam pengukuran, pelaporan dan verifikasi (MRV) Penurunan Emisi dan Peningkatan Stok Karbon di Taman Nasional Meru Betiri (TNMB)” Tanggal 3 November 2010,Hotel Margo Utomo Kalibaru.
        -          Strategi REDD - Indonesia Fase Readiness 2009 – 2012 Dan Progress Implementasinya, Departemen Kehutanan, Jakarta, 2010.