Senin, 24 September 2012

GUESS WHAT ? (edit)

Mengelola hutan beserta dengan segala komponen penyusunnya bukanlah suatu perkara yang mudah. Berbeda dengan bidang lainnya, pengelolaan hutan memerlukan pemikiran yang lebih komprehensif karena yang dikelola tidak hanya hutan dengan segala komponennya saja akan tetapi juga yang ada di luar kawasan hutan. Setiap kawasan hutan juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda, meskipun sama-sama kawasan hutan permasalahan dan potensi yang dimiliki juga berbeda. Walaupun bukan perkara yang mudah, bukan berarti mengelola hutan untuk mencapai hutan yang lestari dan masyarakat yang sejahtera serta memberikan manfaat bagi makhluk hidup di bumi ini tidak bisa dilakukan. Mengelola hutan dengan cerdas dan sungguh-sungguh merupakan salah satu kunci agar dapat mencapai tujuan tersebut.
Ketika mengelola hutan kita harus tahu apa yang kita kelola, setidaknya komponen pokok/utama yang terdapat di hutan tersebut, jangan sampai kita tidak mengetahui apa saja komponen penyusun hutan yang kita miliki. Ibaratnya, ketika kita memiliki rumah kita harus tahu benda apa saja yang kita miliki di dalam rumah tersebut, bagaimana kita tahu kalu ada barang di rumah kita ada yang hilang jikalau macam/jumlah barang/benda yang kta miliki saja tidak kita ketahui. Apabila kita telah mengetahui apa yang kita kelola, maka tindakan yang akan kita lakukan pun akan lebih mudah dan terencana.
Salah satu cara untuk mengetahui penyusun dari kawasan hutan yang kita kelola adalah dengan kegatan inventarisasi. Kegiatan inventarisasi bertujuan untuk mendapatkan segala data yang berkaitan dengan pengelolaan kawasan hutan yang akan diolah menjadi informasi dan dipergunakan sebagai bahan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategis dalam mengelola hutan. Metode yang digunakan pun bermacam-macam dari mulai metode yang sederhana sampai dengan metode yang canggih dan memerlukan banyak biaya dan tenaga. Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) sebagai salah satu pengelola kawasan hutan di Indonesia  telah melakukan salah satu kegiatan inventarisasi dengan menggunakan camera trap. Kegiatan yang dilakukan selama ± 30 hari ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai keberadaan dan penyebaran satwa di TNMB dan informasi mengenai kondisi habitat satwa untuk keperluan pengembangan dan pembinaan satwa di TNMB.
Setelah memasang 5 buah camera trap di beberapa lokasi yang telah ditentukan, didapatkan beberapa foto dari pemasangan camera trap tesebut. Foto-foto yang dapat secara jelas dan pasti diketahui dari hasil pemasangan camera trap antara lain : Banteng (Bos javanicus), Landak (Histryx javanica), Musang (Paradoxurus sp),  Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Binturong (Arctictis binturong), Babi hutan (Sus sp), Kijang (Muntiacus muntjak), Biawak (Varanus salvator),  Lutung Budeng (Trachypithecus auratus-auratus). Selain foto-foto tersebut diatas yang mudah diketahui ternyata terdapat foto-foto yang membuat dahi berkerut, salah satunya adalah foto yang dihasilkan oleh camera trap yang dipasang di Resort Bandealit SPTN II Ambulu. Foto yang memiliki identitas PICT.00018.JPG ini telah memancing diskusi dan perdebatan yang cukup hangat di BTNMB, dengan hasil kesimpulan diskusi yang masih belum bisa ditemukan.
Ada beberapa penafsiran yang berbeda melihat objek dalam foto tersebut. Penafsiran 1 adalah adanya Efek cahaya/camera,meskipun bila dirunutkan dengan foto sebelum dan sesudahnya peluang penafsiran ini kecil, dikarenakan pada foto sebelumnya efek tersebut juga terlihat dan daun/ranting di belakang objek juga bergerak. Apakah efek cahaya bisa menggerakkan daun???. Penafsiran nomor 2 dari objek foto tersebut adalah foto Ular terbang, hal ini didasarkan atas kemungkinan ada informasi adanya species ular terbang di kawasan TNMB, Penafsiran kedua ini membingungkan juga karena jika ular  bagian manakah yang ekor/kepala ular terbang tersebut????dan apakah memang ada species ular yang bisa terbang di dunia ini????. Penafsiran nomor 3 dari objek foto tersebut adalah Ekor Satwa/Karnivora. Di TNMB memang terdapat beberapa jenis karnivora antara lain sang legendaris Harimau Jawa yang dinyatakan punah oleh IUCN, Macan Tutul dan Macan Kumbang. Sayang sekali foto yang dihasilkan tersebut tidak berwarna, sehingga peluang untuk menyebut objek tersebut adalah ekor sebuah karnivora semakin kecil, Apalagi menyebutnya sebagai Harimau Jawa, tentu saja akan ditertawakan oleh IUCN yang telah memvonisnya punah.
Misteri ataupun teka-teki dari hasil foto camera trap tersebut tentu saja menambah rasa penasaran dan keingintahuan BTNMB dalam menyibak kabut misteri Harimau Jawa. Semoga dengan adanya foto tersebut dapat menambah semangat seluruh pegawai BTNMB dalam mengelola dan melestarikan hutan Meru Betiri. Logikanya jika memang benar foto tersebut adalah foto ekor karnivora(berharap gambar itu adalah ekor Harimau Jawa) yang diperoleh dengan menggunakan camera trap sejumlah 5 buah saja, mungkin akan diperoleh foto separuh badan jikalau camera trap yang dipasang ditambah jumlahnya. Hmmm.......jadi, tebakanmu gambar apakah itu ??????

EDIT :
Beberapa hari yang lalu ketika mengikuti acara seminar manajemen photo trap di Baluran yang bekerjasama dengan copenhagen zoo , foto diatas telah diperlihatkan kepada ahli dari luar negeri yaitu Mr. James Sanderson dan Dr.Carl Traeholt. Analisis singkat mereka gambar diatas adalah pelepah daun yang jatuh, bisa saja daun palem atau pinang (padahal dari lokasi pemasangan tidak ada pohon palem ataupun pohon pinang) dan bukan bagian tubuh dari suatu satwa liar. hmmm......sungguh penjelasan singkat yang tidak memuaskan, memang sih foto yang diperlihatkan cuma 1, tidak ada rangkaian foto-foto sebelum dan sesudahnya tapi masak dengan mudahnya dibilang seperti itu. sungguh menyedihkan dari jember pukul 5 pagi, kedinginan di gumitir, jauh-jauh ke baluran naik KLX 4 jam hanya mendapatkan penjelasan seperti itu.