Mengelola
hutan beserta dengan segala komponen penyusunnya bukanlah suatu perkara yang
mudah. Berbeda dengan bidang lainnya, pengelolaan hutan memerlukan pemikiran
yang lebih komprehensif karena yang dikelola tidak hanya hutan dengan segala
komponennya saja akan tetapi juga yang ada di luar kawasan hutan. Setiap
kawasan hutan juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda, meskipun sama-sama
kawasan hutan permasalahan dan potensi yang dimiliki juga berbeda. Walaupun
bukan perkara yang mudah, bukan berarti mengelola hutan untuk mencapai hutan
yang lestari dan masyarakat yang sejahtera serta memberikan manfaat bagi
makhluk hidup di bumi ini tidak bisa dilakukan. Mengelola hutan dengan cerdas
dan sungguh-sungguh merupakan salah satu kunci agar dapat mencapai tujuan
tersebut.
Ketika
mengelola hutan kita harus tahu apa yang kita kelola, setidaknya komponen
pokok/utama yang terdapat di hutan tersebut, jangan sampai kita tidak
mengetahui apa saja komponen penyusun hutan yang kita miliki. Ibaratnya, ketika
kita memiliki rumah kita harus tahu benda apa saja yang kita miliki di dalam
rumah tersebut, bagaimana kita tahu kalu ada barang di rumah kita ada yang
hilang jikalau macam/jumlah barang/benda yang kta miliki saja tidak kita
ketahui. Apabila kita telah mengetahui apa yang kita kelola, maka tindakan yang
akan kita lakukan pun akan lebih mudah dan terencana.
Salah satu
cara untuk mengetahui penyusun dari kawasan hutan yang kita kelola adalah
dengan kegatan inventarisasi. Kegiatan inventarisasi bertujuan untuk mendapatkan segala data yang berkaitan dengan pengelolaan kawasan hutan
yang akan diolah menjadi informasi dan dipergunakan sebagai
bahan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan
strategis dalam mengelola hutan. Metode yang digunakan pun bermacam-macam
dari mulai metode yang sederhana sampai dengan metode yang canggih dan
memerlukan banyak biaya dan tenaga. Taman Nasional Meru Betiri (TNMB)
sebagai salah satu pengelola kawasan hutan di Indonesia telah melakukan salah satu kegiatan
inventarisasi dengan menggunakan camera trap. Kegiatan yang dilakukan selama ±
30 hari ini bertujuan untuk mendapatkan
informasi mengenai keberadaan dan penyebaran satwa di TNMB dan informasi mengenai kondisi habitat satwa
untuk keperluan pengembangan
dan pembinaan satwa di
TNMB.
Setelah
memasang 5 buah camera trap di beberapa lokasi yang telah ditentukan, didapatkan
beberapa foto dari pemasangan camera trap tesebut. Foto-foto yang dapat secara
jelas dan pasti diketahui dari hasil pemasangan camera trap antara lain : Banteng (Bos javanicus), Landak (Histryx
javanica), Musang (Paradoxurus sp),
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Binturong (Arctictis binturong), Babi hutan (Sus sp), Kijang (Muntiacus muntjak), Biawak (Varanus salvator), Lutung Budeng (Trachypithecus
auratus-auratus). Selain foto-foto
tersebut diatas yang mudah diketahui ternyata terdapat foto-foto
yang membuat dahi berkerut, salah satunya adalah foto yang dihasilkan oleh
camera trap yang dipasang di Resort Bandealit SPTN II Ambulu. Foto yang
memiliki identitas PICT.00018.JPG ini telah memancing diskusi dan perdebatan yang
cukup hangat di BTNMB, dengan hasil kesimpulan diskusi yang masih belum bisa ditemukan.
Ada
beberapa penafsiran yang berbeda melihat objek dalam foto tersebut. Penafsiran
1 adalah adanya Efek cahaya/camera,meskipun bila dirunutkan dengan foto
sebelum dan sesudahnya peluang penafsiran ini kecil, dikarenakan pada foto
sebelumnya efek tersebut juga terlihat dan daun/ranting di belakang objek juga
bergerak. Apakah efek cahaya bisa menggerakkan daun???. Penafsiran nomor 2 dari
objek foto tersebut adalah foto Ular terbang, hal ini
didasarkan atas kemungkinan ada informasi adanya species ular terbang di
kawasan TNMB, Penafsiran kedua ini membingungkan juga karena jika ular bagian manakah yang ekor/kepala ular terbang
tersebut????dan apakah memang ada species ular yang bisa terbang di dunia
ini????. Penafsiran nomor 3 dari objek foto tersebut adalah Ekor
Satwa/Karnivora. Di TNMB memang terdapat beberapa jenis karnivora
antara lain sang legendaris Harimau Jawa yang dinyatakan punah oleh IUCN, Macan
Tutul dan Macan Kumbang. Sayang sekali foto yang dihasilkan tersebut tidak
berwarna, sehingga peluang untuk menyebut objek tersebut adalah ekor sebuah
karnivora semakin kecil, Apalagi menyebutnya sebagai Harimau Jawa, tentu saja
akan ditertawakan oleh IUCN yang telah memvonisnya punah.
Misteri
ataupun teka-teki dari hasil foto camera trap tersebut tentu saja menambah rasa
penasaran dan keingintahuan BTNMB dalam menyibak kabut misteri Harimau Jawa.
Semoga dengan adanya foto tersebut dapat menambah semangat seluruh pegawai
BTNMB dalam mengelola dan melestarikan hutan Meru Betiri. Logikanya jika memang
benar foto tersebut adalah foto ekor karnivora(berharap gambar itu adalah ekor
Harimau Jawa) yang diperoleh dengan menggunakan camera trap sejumlah 5 buah
saja, mungkin akan diperoleh foto separuh badan jikalau camera trap yang
dipasang ditambah jumlahnya. Hmmm.......jadi, tebakanmu gambar apakah itu ??????
EDIT :
Beberapa hari yang lalu ketika mengikuti acara seminar manajemen photo trap di Baluran yang bekerjasama dengan copenhagen zoo , foto diatas telah diperlihatkan kepada ahli dari luar negeri yaitu Mr. James Sanderson dan Dr.Carl Traeholt. Analisis singkat mereka gambar diatas adalah pelepah daun yang jatuh, bisa saja daun palem atau pinang (padahal dari lokasi pemasangan tidak ada pohon palem ataupun pohon pinang) dan bukan bagian tubuh dari suatu satwa liar. hmmm......sungguh penjelasan singkat yang tidak memuaskan, memang sih foto yang diperlihatkan cuma 1, tidak ada rangkaian foto-foto sebelum dan sesudahnya tapi masak dengan mudahnya dibilang seperti itu. sungguh menyedihkan dari jember pukul 5 pagi, kedinginan di gumitir, jauh-jauh ke baluran naik KLX 4 jam hanya mendapatkan penjelasan seperti itu.
EDIT :
Beberapa hari yang lalu ketika mengikuti acara seminar manajemen photo trap di Baluran yang bekerjasama dengan copenhagen zoo , foto diatas telah diperlihatkan kepada ahli dari luar negeri yaitu Mr. James Sanderson dan Dr.Carl Traeholt. Analisis singkat mereka gambar diatas adalah pelepah daun yang jatuh, bisa saja daun palem atau pinang (padahal dari lokasi pemasangan tidak ada pohon palem ataupun pohon pinang) dan bukan bagian tubuh dari suatu satwa liar. hmmm......sungguh penjelasan singkat yang tidak memuaskan, memang sih foto yang diperlihatkan cuma 1, tidak ada rangkaian foto-foto sebelum dan sesudahnya tapi masak dengan mudahnya dibilang seperti itu. sungguh menyedihkan dari jember pukul 5 pagi, kedinginan di gumitir, jauh-jauh ke baluran naik KLX 4 jam hanya mendapatkan penjelasan seperti itu.