Pantai Sukamade
berlokasi di bagian timur kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) dan secara
geografis ada pada posisi 8o33’ – 8o38’ LS dan 113o50’
– 113o58’ BT. Secara administratif, pantai ini termasuk wilayah
Dusun Sukamade, Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi yang
dihuni oleh ± 400 KK dengan jumlah penduduk ±1200 jiwa. Pantai Sukamade, yang termasuk dalam yurisdiksi Taman Nasional Meru
Betiri (TNMB), adalah satu-satunya pantai peneluran penyu di area yang
terbentang dari Jawa Timur hingga Sunda Kecil dengan populasi yang relatif viable; dikunjungi oleh 1-12 penyu per
malam dalam bentang pantai berukuran ±3 km. Setidaknya satu jenis penyu, yaitu
Penyu Hijau (Chelonia mydas) bertelur
sepanjang tahun di lokasi ini. Tiga jenis lainnya, yaitu penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), Sisik (Eretmochelys imbricata), dan penyu Sisik
Semu (Lepidochelys olivacea) juga
sering dilaporkan bertelur, walaupun dalam frekuensi rendah dan tidak sepanjang
tahun.
Data yang
dimiliki oleh BTNMB menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2008 – 2012 terdapat
total sebanyak 8114 ekor penyu yang mendarat di Pantai Sukamade, yang
didominasi oleh Penyu Hijau sebanyak 7932 Ekor (98 %), bila dirata-rata dalam
rentang 5 tahun maka terdapat sekitar 4 ekor penyu yang mandarat di Pantai
Sukamade setiap harinya.Dari data yang dimiliki oleh BTNMB ternyata
diketahui pula bahwa untuk jenis Penyu Hijau dari tahun 2008 – 2012 terdapat kecenderungan
penurunan jumlah Penyu Hijau yang mendarat di Pantai Sukamade. Jika pada Tahun 2008 masih terdapat 1693 ekor
Penyu Hijau yang mendarat di Pantai Sukamade maka pada tahun 2012 hanya
terdapat 1042 ekor Penyu Hijau yang mendarat . Bila dihitung secara kasar maka
penurunannya pun cukup besar yaitu sekitar 38 %.
Data sederhana tersebut diatas
sekiranya perlu menjadi perhatian seluruh pihak yang berkaitan dengan
kepentingan pengelolaan Penyu di Sukamade khusunya dan pembangunan Pariwisata
secara umum di Sukamade. Perlu diingat bahwa Panjang pantai yang manageable
dan aktivitas penyu bertelur yang hampir setiap malam membuat Sukamade ideal
bagi pengembangan wisata berbasis penyu, apalagi akses dari Bali, daerah tujuan
wisata utama di Indonesia, relatif cepat dan mudah (± 7-8 jam perjalanan dari
Denpasar Bali). Meskipun jumlahnya tidak banyak, data pengunjung BTNMB
menyebutkan bahwa wisatawan asing yang berkunjung ke BTNMB dari tahun 2005 –
2013 cenderung meningkat, demikian pula jumlah wisatawan nusantara dengan
jumlah yang lebih banyak kecenderungannya pun juga sama. Hampir ± 80 % dari
5085 orang wisatawan asing yang yang berkunjung ke TNMB sebagian besar hanya
ingin menikmati atraksi pendaratan penyu di Sukamade. Dikhawatirkan apabila jumlah Penyu yang mendarat
semakin turun dan tidak ada lagi Penyu yang mendarat maka Wisatawan khususnya
Wisatawan asing tidak akan ada lagi yang berkunjung di Sukamade.
Apakah
akumulasi dari permasalahan tersebut diatas yang menyebakan penurunan Penyu
yang mendarat di Sukamade ataukah terdapat faktor lain. Mengutip pernyataan
dari seorang aktivis Lingkungan hidup di Banyuwangi menyatakan bahwa “ Emas memang potensi. Hutan dan air
bawah tanah juga potensi. Pertanian, peternakan, perikanan laut dan darat juga
potensi. Pariwisata pun potensi. Akan tetapi industri emas merupakan jenis
potensi “yang lain”. Emas merupakan jenis potensi yang “karakter”-nya berbeda
dengan potensi pertanian, perkebunan, kelautan, wisata, dan peternakan. Emas
merupakan jenis potensi yang jika diindustrialisasi justru akan membunuh
potensi pertanian, perkebunan, kelautan, wisata, dan peternakan yang
berkelanjutan”. Semoga pernyataan tersebut salah sebab, melihat data sederhana yang
disajikan diatas nampaknya tanda-tanda kebenaran dari pernyataan tersebut akan
menjadi kenyataan.
Melihat betapa pentingnya kedudukan
dan permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan konservasi Penyu di Sukamade,
maka diperlukanlah usaha-usaha untuk mengawetkan dan melestarikan penyu yang
terdapat di kawasan Sukamade dan sekitarnya oleh semua pihak. Keberhasilan
pengelolaan dan Konservasi Penyu di Taman Nasional Meru Betiri bukan hanya
tanggungjawab Balai Taman Nasional Meru Betiri saja, akan tetapi juga merupakan
tanggungjawab dari multistakeholder,
sehingga dukungan dari pihak-pihak yang terkait baik secara langsung maupun
tidak akan sangat menentukan masa depan keberlangsungan hidup satwa dilindungi
ini.
Kembali mengutip
dari sumber yang sama “Apalah
artinya kemilau emas yang tidak berkelanjutan jika dibandingkan dengan
sumbangsih sektor pertanian, perkebunan, kelautan, wisata, dan peternakan yang
selain masih berpotensi diindustrialisasi secara berkelanjutan. Kita tentunya
tidak ingin anak-cucu kita mencatat kita sebagai orang tua yang tolol karena
telah menghancurkan potensi pertanian, perkebunan, kelautan, wisata, dan
peternakan dengan menghadirkan tambang emas di Hutan Lindung G. Tumpang Pitu”.Dan
jangan sampai pula nantinya anak cucu kita hanya bisa memegang patung penyu dan
melihat penyu hanya dari gambar saja. (AAA)