Minggu, 31 Mei 2015

Penyu Sukamade Semakin Turun

Pantai Sukamade berlokasi di bagian timur kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) dan secara geografis ada pada posisi 8o33’ – 8o38’ LS dan 113o50’ – 113o58’ BT. Secara administratif, pantai ini termasuk wilayah Dusun Sukamade, Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi yang dihuni oleh ± 400 KK dengan jumlah penduduk ±1200 jiwa. Pantai Sukamade, yang termasuk dalam yurisdiksi Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), adalah satu-satunya pantai peneluran penyu di area yang terbentang dari Jawa Timur hingga Sunda Kecil dengan populasi yang relatif viable; dikunjungi oleh 1-12 penyu per malam dalam bentang pantai berukuran ±3 km. Setidaknya satu jenis penyu, yaitu Penyu Hijau (Chelonia mydas) bertelur sepanjang tahun di lokasi ini. Tiga jenis lainnya, yaitu penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), Sisik (Eretmochelys imbricata), dan penyu Sisik Semu (Lepidochelys olivacea) juga sering dilaporkan bertelur, walaupun dalam frekuensi rendah dan tidak sepanjang tahun.
Data yang dimiliki oleh BTNMB menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2008 – 2012 terdapat total sebanyak 8114 ekor penyu yang mendarat di Pantai Sukamade, yang didominasi oleh Penyu Hijau sebanyak 7932 Ekor (98 %), bila dirata-rata dalam rentang 5 tahun maka terdapat sekitar 4 ekor penyu yang mandarat di Pantai Sukamade setiap harinya.Dari data yang dimiliki oleh BTNMB ternyata diketahui pula bahwa untuk jenis Penyu Hijau dari tahun 2008 – 2012 terdapat kecenderungan penurunan jumlah Penyu Hijau yang mendarat di Pantai Sukamade. Jika  pada Tahun 2008 masih terdapat 1693 ekor Penyu Hijau yang mendarat di Pantai Sukamade maka pada tahun 2012 hanya terdapat 1042 ekor Penyu Hijau yang mendarat . Bila dihitung secara kasar maka penurunannya pun cukup besar yaitu sekitar 38 %.
Data sederhana tersebut diatas sekiranya perlu menjadi perhatian seluruh pihak yang berkaitan dengan kepentingan pengelolaan Penyu di Sukamade khusunya dan pembangunan Pariwisata secara umum di Sukamade. Perlu diingat bahwa Panjang pantai yang manageable dan aktivitas penyu bertelur yang hampir setiap malam membuat Sukamade ideal bagi pengembangan wisata berbasis penyu, apalagi akses dari Bali, daerah tujuan wisata utama di Indonesia, relatif cepat dan mudah (± 7-8 jam perjalanan dari Denpasar Bali). Meskipun jumlahnya tidak banyak, data pengunjung BTNMB menyebutkan bahwa wisatawan asing yang berkunjung ke BTNMB dari tahun 2005 – 2013 cenderung meningkat, demikian pula jumlah wisatawan nusantara dengan jumlah yang lebih banyak kecenderungannya pun juga sama. Hampir ± 80 % dari 5085 orang wisatawan asing yang yang berkunjung ke TNMB sebagian besar hanya ingin menikmati atraksi pendaratan penyu di Sukamade. Dikhawatirkan apabila jumlah Penyu yang mendarat semakin turun dan tidak ada lagi Penyu yang mendarat maka Wisatawan khususnya Wisatawan asing tidak akan ada lagi yang berkunjung di Sukamade.
Sudah sekitar 40 tahun lebih sejarah pengelolaan konservasi Penyu di Sukamade berjalan yang konon paling lama dikelola di Indonesia. Selama kurun waktu tersebut berbagai cerita telah mewarnai perjalanannya. Pengelolaan pantai dan Penyu yang ada di Sukamade tidak berjalan dengan mulus dan lancar begitu saja. Terdapat banyak tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaannya, baik yang muncul dari faktor alam, maupun sosial ekonomi masyarakat sekitar. Beberapa permasalahan tersebut yang menonjol antara lain adalah sebagai berikut : Kegiatan Pemanfaatan Ilegal berupa Pencurian Telur Penyu, Perburuan Penyu, Pengambilan SDA laut yang merupakan pakan penyu, Rencana Penambangan Emas & mineral di Gunung Tumpang Pitu & Pulau Merah.  Kegiatan Pemanfaatan ilegal penyu berpotensi memutus rantai kehidupan dari penyu tersebut. Data BTNMB menyebutkan bahwa terdapat jumlah Kasus sebanyak 23 kasus/Laporan Kejadian terkait perburuan satwa liar penyu dan bagiannya dari tahun 2006 – 2013, dari jumlah kejadian tersebut hanya 11 kasus yang statusnya telah P-21. Sebagian besar kasus tersebut merupakan perburuan penyu yaitu 7 kasus, sedangkan pencurian telur terjadi sebanyak 35 Sarang. Pantai selatan Banyuwangi dari hasil penelitian menyebutkan bahwa daerah tersebut merupakan habit dan ruaya pakan dari penyu-penyu yang mendarat di TNMB dan TN Alas Purwo. Daerah tersebut dijadikan oleh penyu sebagai area bermain dan tumbuh kembang penyu yang berkelana sampai ke Sulawesi  dan Australia. 
Apakah akumulasi dari permasalahan tersebut diatas yang menyebakan penurunan Penyu yang mendarat di Sukamade ataukah terdapat faktor lain. Mengutip pernyataan dari seorang aktivis Lingkungan hidup di Banyuwangi menyatakan bahwa “ Emas memang potensi. Hutan dan air bawah tanah juga potensi. Pertanian, peternakan, perikanan laut dan darat juga potensi. Pariwisata pun potensi. Akan tetapi industri emas merupakan jenis potensi “yang lain”. Emas merupakan jenis potensi yang “karakter”-nya berbeda dengan potensi pertanian, perkebunan, kelautan, wisata, dan peternakan. Emas merupakan jenis potensi yang jika diindustrialisasi justru akan membunuh potensi pertanian, perkebunan, kelautan, wisata, dan peternakan yang berkelanjutan”. Semoga pernyataan tersebut salah sebab, melihat data sederhana yang disajikan diatas nampaknya tanda-tanda kebenaran dari pernyataan tersebut akan menjadi kenyataan.
Melihat betapa pentingnya kedudukan dan permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan konservasi Penyu di Sukamade, maka diperlukanlah usaha-usaha untuk mengawetkan dan melestarikan penyu yang terdapat di kawasan Sukamade dan sekitarnya oleh semua pihak. Keberhasilan pengelolaan dan Konservasi Penyu di Taman Nasional Meru Betiri bukan hanya tanggungjawab Balai Taman Nasional Meru Betiri saja, akan tetapi juga merupakan tanggungjawab dari multistakeholder, sehingga dukungan dari pihak-pihak yang terkait baik secara langsung maupun tidak akan sangat menentukan masa depan keberlangsungan hidup satwa dilindungi ini.
Kembali mengutip dari sumber yang sama “Apalah artinya kemilau emas yang tidak berkelanjutan jika dibandingkan dengan sumbangsih sektor pertanian, perkebunan, kelautan, wisata, dan peternakan yang selain masih berpotensi diindustrialisasi secara berkelanjutan. Kita tentunya tidak ingin anak-cucu kita mencatat kita sebagai orang tua yang tolol karena telah menghancurkan potensi pertanian, perkebunan, kelautan, wisata, dan peternakan dengan menghadirkan tambang emas di Hutan Lindung G. Tumpang Pitu”.Dan jangan sampai pula nantinya anak cucu kita hanya bisa memegang patung penyu dan melihat penyu hanya dari gambar saja. (AAA)












.