Senin, 07 November 2016

Konsultasi Publik Review Zonasi TN Meru Betiri




Bertempat di Hotel Aston Jember pada tanggal 15 September 2016, Balai Taman Nasional Meru Betiri (BTNMB) telah mengadakan kegiatan konsultasi publik Review zonasi TNMB. Kegiatan Konsultasi pubik ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang harus dilalui dalam penetapan review Zonasi TNMB. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh komponen yang terkait dalam pengelolaan TNMB diantaranya seperti Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kabupaten Jember dan Banyuwangi, Elemen Masyarakat, Pihak Swasta dan Pemerhati lingkungan serta Kalangan Akademisi dari Kabupaten Jember dan Banyuwangi.
Acara yang berlangsung di Hotel Aston ini diawali oleh Pemaparan dari Kepala Balai TNMB, dilanjutkan dengan pemaparan dari Bappeda Provinsi Jawa Timur, dan diakhiri dengan Pemaparan dari perwakilan Universitas Jember. Setelah pemaparan dari beberapa pihak acara dilanjutkan dengan diskusi yang dimoderatori oleh Kepala SPTN Wilayah II Ambulu, secara keseluruhan kegiatan ini berlangsung cukup lancar dan kondusif yang diakhiri dengan dituangkan dalam Berita Acara Konsultasi Publik Review Zonasi dengan sebagian hasil sebagai berikut :
  • Seluruh peserta konsultasi  publik setuju dan mendukung pelestarian kawasan TNMB beserta keanekaragaman flora dan fauna yang ada di dalamnya, dengan tetap menjaga keutuhan dan keseimbangan ekosistemnya. 
  • Seluruh  peserta konsuttasi publik setuju dan mendukung revisi zona pengelolaan kawasan TNMB untuk pengelolaan yang efektif dan efisien; 
  • Sesuai dengan analisis penutupan lahan dan pengecekan lapangan, kondisi zona tradisional yang lokasinya berada di SPTN Wilayah II Ambulu merupakan kawasan hutan yang tidak memenuhi kriteria zona tradisional. Untuk pemanfaatan di kawasan tersebut lebih mengutamakan penanaman tanaman semusim oleh masyarakat yang selama ini terlibat dalam kegiatan rehabilitasi, sehingga pserta konsultasi publik sepakat dan mendukung zona tradisional ini direvisi menjadi zona rehabilitasi; 
  • Adanya pemanfaatan  Hasil Hutan Bukan'Kayu (HHBK) yang berupa durian oleh masyarakat yang sudah berjalan sebelum penunjukan kawasan TNMB, maka lokasi tersebut disepakati untuk dijadikan sebagai zona tradisional. Pemanfaatan zona ini dilaksanakan secara tradisional, serta tetap menjaga dan mengutamakan kelestarian fungsi dan manfaat dari sumber daya alam di zona tersebut; 
  • Setelah melalui proses pemaparan, diskusi, serta mendapatkan tanggapan dan masukan dari seluruh peserta konsultasi publik, maka zona pengelolaan kawasan TNMB (zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan, zona rehabilitasi, zona tradisional, dan zona khusus) yang akan diusulkan, dapat diterima oleh seluruh  peserta konsultasi publik; 
  • Pihak TNI AU Lanud Abulrachman Saleh mengapresiasi dan setuju bahwa TNMB  perlu dilestarikan dan dijaga keberadaannya untuk mendukung keseimbangan alam dalam rangka konservasi sumber daya alam dan ekosistem. 
  • Sehubungan sebagian dari lokasi yang dimaksud terdapat permasalahan dengan adanya klaim oleh beberapa pihak (TNI AU Lanud  Abulrachman Saleh, dan Pemerintah Desa Sarongan), maka lebih lanjut akan diselesaikan sesuai ketentuan yang berlaku; 
  • Pengembangan wisata di kawasan TNMB perlu dioptimalkan melalui penggalian potensi dan destinasi wisata yang baru dengan mengikutseftakan masyarakat lokal, Dengan demikian diharapkan dapat menekan gangguan keamanan dalam kawasan TNMB; 
  • Kegiatan desa binaan yang menjadi program pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan TNMB hendaknya menjadi skala prioritas dalam perencanaan TNMB. Hal ini penting agar dapat mengurangi ketergantungan masyarakat sekitar kawasan terhadap TNMB; 
  • Destinasi wisata  yang diakomodir dalam zona pemanfaatan di kawasan TNMB disambut positif guna mendukung dan mengoptimalkan potensi yang ada, namun penyediaan infrastruktur/akses  jalan  menjadi prioritas yang harus ada sebagai syarat dalam memajukan destinasi wisata. Namun demikian jalan yang akan dibangun di kawasan TNMB harus memenuhi spesifikasi khusus yang dipersyaratkan; 
  • Pengembangan ekonomi berdimensi konservasi dan pembinaan program sadar wisata yang dicanangkan Kantor Pariwisata dan Badan Pemberdayaan Masyarakat melalui mekanisme kerjasama perlu ditindaklanjuti guna mengantisipasi  berkembangnya destinasi wisata ; 
  • Pengembangan pariwisah TNMB dari berbagai aspek seharusnya membentuk jaringan yang kuat baik ke dalam maupun keluar dengan memperkuat networking tidak hanya lember dan Banyuwangi), tetapi dengan daerah lain terutama 10 destinasi prioritas yang telah dicanangkan Pemerintah; 
  • Pengembangan SDM lokal perlu diperhatikan terlebih dahulu sebelum pembangunan infrastruktur destinasi wisata; 
  • Daya dukung kawasan perlu menjadi  pertimbangan dengan menetapkan kuota bagi kunjungan wisata yang  datang ke TNMB; 
  • Perlunya MoU antara TNMB Pemkab  Jember dan Pemkab Banyuwangi tentang pemberdayaan masyarakat dan pengembangan ekowisata TNMB yang berdasarkan kelestarian lingkungan.
Semoga dengan selesainya acara ini dapat menyerap masukan dari pihak-pihak terkait dalam pengelolaan TNMB dan Pengelolaan TNMB khusunya dalam pembagian ruang pengelolaan dapat tersampaikan kepada seluruh pihak terkait, sehingga peningkatan pengelolaan TNMB dapat tercapai untuk mewujudkan kelestarian TNMB.

Selasa, 18 Oktober 2016

Puncak Acara HKAN 2016 di TNMB



Dalam rangka meningkatkan pemahaman dan rasa cinta masyarakat terhadap konservasi alam maka pada peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2016, Balai Taman Nasional Meru Betiri (Balai TNMB) telah melakukan serangkaian kegiatan dengan melibatkan berbagai pihak. Kegiatan peringatan HKAN kali ini lebih difokuskan pada pembinaan generasi muda yang tinggal di sekitar kawasan TNMB baik di Kabupaten Jember maupun Banyuwangi.
Rangkaian acara peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2016 meliputi Pendidikan Konservasi, Kemah Konservasi, Bersih Pantai, Lomba Esai Konservasi, Pembinaan FORJAWITEJO, dan Sosialisasi PP. 12 Tahun 2014. Keseluruhan acara tersebut dilaksanakan di seluruh wilayah TNMB yang meliputi Kabupaten Jember dan Banyuwani. Rangkaian acara tersebut juga melibatakan masyarakat yang berada di sekitar kawasan TNMB dengan harapan meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat, khususnya generasi muda akan pentingnya konservasi alam dan kelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bagi keberlangsungan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat
Pelaksanaan Acara Puncak Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional di TNMB tahun 2016 sendiri dilakasanakan di Pantai Rajegwesi, Resort Rajegwesi, SPTN Wilayah I Sarongan, yang secara administratif berada di Desa Sarongan Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi. Dalam Acara Puncak Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional di TNMB tahun 2016 akan dilaksanakan 3 kegiatan utama yaitu Penanaman Pohon Nyamplung sebanyak 200 Pohon, Pelepasliaran Tukik sejumlah 200 ekor, dan Pemberian Hadiah bagi pemenang lomba yang telah diadakan sebelumnya dalam rangkaian kegiatan peringatan HKAN 2016 di TNMB.
Peserta Acara puncak Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional di TNMB tahun 2016 diikuti oleh : Forum Pimpinan Daerah Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi, Desa Sarongan dan Kandangan, Pimpinan dan Staff Balai TNMB, Balai KSDA Jawa timur, Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan Dan Tanaman Pangan Kabupaten Banyuwangi, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan  Kabupaten Banyuwangi, Guru dan Siswa Sekolah di Kecamatan Pesanggaran, Mahasiswa Pecinta Alam, dan Kader Konservasi dengan jumlah peserta sekitar 100 orang
Semoga dengan adanya pelaksanaan kegiatan ini, terdapat peningkatan peran aktif masyarakat dalam upaya konservasi alam sebagai komitmen seluruh unsur bangsa agar memiliki sikap hidup dan budaya bangsa yang menghargai alam dan lingkungannya, khususnya yang berada di sekitar kawasan TNMB

Senin, 10 Oktober 2016

Rafflesia zoolengeriana di JFC



JFC (Jember Fashion Carnival) merupakan Gelaran tahunan World Class Street Fashion Carnival yang digelar di Jember yang tahun ini memasuki tahun ke-15. JFC kali ini mengusung tema besar REVIVAL yang berisi 10 tema unik dan bebeda dengan tema-tema tahun sebelumnya, Garuda, Hortus, Technocyber, Woods, Paradisaea, Refuges, Ocean, Chandelier, Olympic dan Barong. Event JFC mulai dari tanggal 24 sampai dengan 28 Agustus 2016 di Jember .
Balai TN Meru Betiri dalam kesempatan ini turut serta memeriahkan event internasional yang diadakan di Jember ini. Keikutsertaan BTNMB dalam JFC kali ini sesuai dengan salah satu tema besar JFC yaitu WOOD. Sesuai dengan penjelasan dari Panitia JFC 2016 tema WOOD/Hutan kali ini dipilih karena hutan memegang peranan sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya. Hutan diibaratkan sebagai paru paru dunia di Indonesia yang masuk dalam peringkat 10 dunia harus jadi sumber kesejahteraan dan keseimbangan. Bukan dijadikan sumber keserakahan dengan melakukan penenbangan kayu. Upaya yang hendak dilakukan adalah dengan mengagungkan pelestarian hutan dan bangkit melawan pembakaran hutan.
Dua wakil TN Meru Betiri akhirnyanya pun membuat sejarah untuk pertama kali turut serta dalam gelaran JFC kali ini. Kostum yang digunakan sebagai tema dalam karnaval JFC adalah bunga Padmosari (Rafflesia zoolengeriana) yang merupakan flora endemik di kawasan TNMB. Bunga ini merupakan tumbuhan parasit yang tumbuh di inang Tetrastigma. Bunga Padmosari (Rafflesia zoolengeriana) hanya tumbuh di kawasan TNMB. Di TNMB sendiri tercatat bunga ini berada di Blok Krecek, Resort Bandealit Blok Timunan Resort Wonoasri, dan Blok Parangkulon Resort Sukamade.
Semoga dengan keikutsertaan BTNMB kali ini, dapat meningkatkan kepedulian, kesadaran serta peran serta masyarakat dalam melestarikan alam dan lingkungan, khususnya flora dan fauna yang tersimpan di dalam kawasan TN Meru Betiri.

Selasa, 27 September 2016

Pameran Jambore Konservasi Alam Nasional 2016


Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) diperingati setiap tanggal 10 Agustus berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2009. Tanggal 10 Agustus sangat penting maknanya sebagai batu pijakan pengintegrasian konservasi alam dalam pembangunan nasional yang berkelanjutan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990.
Peringatan HKAN Tahun 2016 kali ini diselenggarakan secara nasional melalui pelaksanaan berbagai kegiatan yang dikemas sebagai “Road to HKAN 2016”. Puncak perayaan HKAN 2016 akan dilaksanakan event Jambore Nasional Konservasi Alam Tahun 2016 di Taman Nasional Bali Barat tanggal 8-11 Agustus 2016 yang akan dihadiri oleh lebih dari 500 peserta dari seluruh Indonesia.
Untuk menyemarakkan rangkaian HKAN 2016 kali ini Balai TN Meru Betiri turut serta dalam kegiatan Pameran yang difasilitasi oleh Direktorat PJLHK. Pameran Jambore Konservasi Alam Nasional 2016 dimulai pada tanggal 8 s/d 11 Agustus 2016 di Karangsewu – TN. Bali Barat . Maksud dari kegiatan pameran ini adalah untuk menginformasikan, mempengaruhi, membina dan menyadarkan serta memotivasi khususnya kepada peserta Jambore Nasional Konservasi Alam, para investor, mitra, dan masyarakat sekitar agar dapat berperan secara aktif dalam upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di kawasan konservasi.
Stand TNMB dalam pameran kali ini menampilkan materi pameran berupa produk masyarakat sekitar kawasan sesuai dengan tema HKAN 2016 “Konservasi Untuk Masyarakat” yang beberapa kelompok merupakan dampingan LSM KAIL yaitu Kelompok Jamu “Sumber Waras” dan Kelompok Keripik Nangka “Alam Lestari”. Selain itu juga produk dari Kelompok “KATAMER” menampilkan kerajinan tangan dari batok kelapa berupa gantungan kunci dan asbak juga gula kelapa yang diproduksi secara tradisional;
Selain produk masyarakat yang dipamerkan, juga mempromosikan obyek daya darik wisata alam dengan salah satu obyek wisata unggulan yaitu Teluk Ijo yang menjadi backdrop stand TNMB dengan gambar keanekaragaman hayati TNMBDiharapkan kesadaran dan kecintaan masyarakat dalam melestarikan alam dan lingkungan khususnya kawasan TNMB semakin meningkat melalui kegiatan pameran di Jambore Konservasi Alam kali ini.

Kunjungan Tim GSMP (Global Species Management Plan) di TN Meru Betiri


Banteng merupakan salah satu satwa yang dilindungi di Indonesia berdasarkan peraturan pemerintah nomor: 7 tahun 1999 tentang Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa liar. Perlindungan terhadap satwa banteng diwujudkan dalam bentuk perlindungan terhadap habitatnya. Sedangkan menurut IUCN banteng termasuk dalam kategori endangered species. Dalam rangka konservasi banteng, Ditjen KSDAE telah memasukkan Banteng (Bos javanicus) sebagai salah satu jenis satwa prioritas terancam punah yang akan dinaikkan populasinya sebesar 10% dalam kurun waktu 2015 – 2019.
Untuk mendukung program tersebut Ditjen PHKA telah membuat MoU dengan PKBSI dan EAZA tentang Global Species Management Plan (GSMP) dalam rangka kolaborasi manajemen konservasi banteng, anoa dan babirusa. Sebagai tindaklanjut MoU tersebut Tim GSMP melakukan kunjungan lapangan untuk mendapatkan data-data pengelolaan populasi banteng.

Kunjungan Tim GSMP yang terdiri dari Mr James Butler dari EAZA, Mr Steve dari San Diego Zoo,  Bapak Ivan dari TSI, Ibu Desy S dari Direkorat KKH, dilaksanakan pada tanggal 4 s/d 5 Agustus 2016 di wilayah Resort Sukamade. Maksud dari kunjungan ini adalah untuk mendapatkan informasi pengelolaan banteng yang telah dilakukan oleh Balai TNMB, kendala serta permasalahannya, serta bertujuan untuk bertukar informasi dalam pengelolaan banteng untuk peningkatan populasi dan menjalin kerjasama dan kolaborasi dengan Tim GSMP dalam pengelolaan banteng TNMB.

Di hari pertama kunjungan Tim mengikuti pemaparan dari Kepala Balai TNMB bertempat di Kantor SPTN Wilayah I Sarongan yang diikuti oleh POLHUT, PEH, dan perwakilan resort di wilayah SPTN I Sarongan. Dalam pemaparannya Kepala Balai menyampaikan banyak hal terkait pengelolaan Banteng di TNMB, populasidan persebaran, serta permasalahan yang dihadapi. Sore harinya Tim langsung bergerak menuju ke Resort Sukamade melihat site monitoring Banteng Di Blok 90-an. Di Lokasi ini Tim tidak diperoleh perjumpaan banteng pada sore hari, hanya dapat menemui jejak Banteng saja yang berupa kotoran dan Jejak kaki. Pada malam harinya Tim mencoba lagi menuju site monitoring lain di Blok 60-an dengan bersafari malam, sekitar setengah jam berjalan menghasilkan perjumpaan 2 ekor banteng betina di sekitar perkebunan karet PT. Sukamade. Di hari Kedaua Tim melanjutkan perjalanan ke savanna Pringtali yang dulunya merupakan habitat Banteng di TNMB, di lokasi  ini Tim hanya menjumpai jejak kaki Banteng saja.


Semoga dengan adanya kunjungan dari Tim GSMP ini dapat memberikan hasil yang baik dalam pengelolaan Banteng di TNMB, sehingga peningkatan populasi Banteng di TNMB pada tahun 2019 sebesar 10 % sesuai dengan target Dirjen KSDA dapat tercapai.

Senin, 26 September 2016

Pelatihan Pemandu Wisata Alam TNMB



Bertempat di Kantor Balai Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran pada tanggal 23 - 24 Maret 2016 diadakan pelatihan Pemandu Wisata Khusus TN Meru Betiri. Kegiatan ini diinisiasi oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banyuwangi yang bekerjasama dengan Pemerintah Desa Sarongan dan BTNMB. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada masayrakat Desa Sarongan yang menjadi pramuwisata bagaimana melakukan memandu dan mendampingi tamu dengan konsep-konsep berbasis lingkungan. Adapun materi pelatihan antara lain menyiapkan dan menyajikan Informasi Ekowisata dan Merencanakan dan menerapkan kegiatan yang berdampak negative rendah terhadap lingkungan dan sosial Budaya
Kegiatan ini diikuti oleh peserta sebanyak 50 orang yang terdiri dari masyarakat di sekitar kawasan TNMB yang berasal dari Desa Sarongan dan Desa Kandangan. Masayarakat yang terlibat dalam acara ini merupakan masayarakat yang secara langsung bersentuhan dan terlibat dalam kegiatan pariwisata di TNMB. Adapun Pemateri dalam acara ini berasal dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banyuwangi dengan tema kebijakan pengembangan Pariwisata Alam di Kabupaten Banyuwangi, Balai TNMB  dengan tema Potensi Objek Daya Tarik Wisata Alam , Asosiasi Pemandu Wisata Kabupaten Banyuwangi yang menyampaikan materi secara teknis mengenai interpretasi dan pemanduan wisata alam.
Pada hari pertama pelatihan, seluruh peserta mengikuti dan menyimak pemberian materi oleh ketiga pemateri, sedangkan di hari kedua seluruh peserta melakukan praktek langsung pemanduan wisata dengan subjek Objek Daya Tarik Wisata Alam di TNMB. Di akhir pelatihan seluruh peserta memperoleh sertifikat pemanduan yang diserahkan langsung oleh perwakilan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banyuwangi
Dengan adanya pelatihan dasar SDM kepariwisataan ini diharapkan ke depannya dapat meningkatkan kualitas pelayanan para pelaku wisata yang ada di Banyuwangi, khususnya di sekitar kawasan TNMB serta dapat menciptakan SDM-SDM unggulan yang dapat memberikan pelayanan prima kepada wisatawan-wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi.